Hidup itu memang tidak pernah berhenti dari satu pertanyaan ke pertanyaan yang lain. Ketika masih kuliah orang selalu bertanya kapan lulus ?? Sewaktu gelar sarjana sudah disandang orang kembali mengajukan pertanyaan, belum kerja ?? Saat sudah bekerja namun orang melihat saya masih sendiri mereka pun bertanya, kapan nih nikahnya ? Sudah ada calon belum ?? Disaat sudah menikah dan kemana mana pergi berdua, masih ada orang bertanya, kapan nih punya dede bayi ?? Alhamdulillah akhirnya Allah kasih momongan. Waktu berlalu, Allah kasih dua titipan yang sangat bermakna dalam kehidupan. Dua anak, satu laki laki dan satu perempuan. Bahagia rasanya menjadi ibu dari dua orang anak yang lucu dan sehat dan juga sholeh sholehah Insya Allah. Amiin ya Robb.
Saya berharap pertanyaan-pertanyaan yang dulu selalu ada dilontarkan kepada saya akan berhenti. Hidup ini rasanya sudah lengkap. Saya sudah sarjana bahkan sudah lulus S2, saya bekerja, saya punya suami, saya punya anak. Rasanya tak adil jika saya tidak bersyukur dengan semua yang sudah Allah berikan. Sampai suatu saat, muncul lagi pertanyaan-pertanyaan lain yang berdatangan namun satu dalam satu jenis. Mereka bertanya, wah anaknya sudah dua ya...kapan nambah lagi ? Ayo tambah lagi..dua masih sepi...Saya tersenyum menyambut pertanyaan itu. Dalam hati saya bertanya, Apakah bahagia saya itu ketika bisa mendatangkan bahagia mereka dengan memuaskan pertanyaannya ? Oh tidak...saya berpikir lagi..saya tidak bisa mengikuti terus apa yang mereka inginkan dengan pertanyaan-pertanyaannya. Apakah saya harus berpura pura bahagia untuk membahagiakan pandangan orang lain ? Biarlah hidup itu mengalir apa apa adanya. Bahagia saya adalah ketika saya merasa cukup dengan yang telah Allah beri. Bukan manakala tidak ada lagi pertanyaan dari orang orang sekitar tentang hidup saya yang mereka nilai belum sempurna. Yaa..saya pikir mana ada manusia dan kehidupan yang sempurna. Kesempurnaan itu hanya milik Allah. Namun, untuk melarang mereka bertanya pun tidak mungkin. Hak mereka untuk bertanya dan saya coba menjawab sebisanya.
Namun, sebenarnya ada sebuah fase dimana saya sangat ingin memiliki anak lagi. namun, takdir berkata lain, saya harus merelakan kepergian calon anak-anak saya sebanyak 5 kali. Andai mereka tahu. Tapi ya buat apa, jika hanya untuk memuaskan pertanyaan-pertanyaan orang sekitar. Baiklaah saya ingin berkisah tentang perjalanan saya ingin mendapatkan anak lagi. Namun qodarullah Allah belum ijinkan. Tahun 2006, saat anak kedua berusia 1 tahun saya hamil lagi. Namun hanya bertahan 3 bulan saja. Kandungan saya lemah. Saya pun dikuret. Alhamdulillah saya sehat. Selalu saya syukuri apapun yang terjadi. Tahun 2007, saya hamil lagi dan lagi-lagi keguguran. Namun hanya diberi obat oleh dokter tapi rasa mulasnya sama saja dengan saat-saat mau melahirkan. Mulesnya sampai terbawa mimpi. Tahun 2008 , saya hamil lagi. Kehamilan yang ini pun lagi-lagi bermasalah. Hanya sampai di 4 bulan, lalu saya dikuret lagi. Janin nya kami kubur di halaman teras rumah. Tahun 2009 saya hamil kembali. Hamil yang ini pun lagi-lagi keguguran. namun tidak sampai harus dikuret.. Terakhir tahun 2010, saya hamil dan dikuret lagi. Dari 5 kali kehamilan ini, sebanyak 3 kali dikuret dan 2 kali dikeluarkan dengan obat. Dokter kandungan saya bilang jika saya mau hamil lagi harus konsultasi, karena dinding rahim saya sudah tipis akibat keseringan kuret. Saya dan suami sempat konsultasi dengan Prof ahli di Bandung. Dan tahu kah apa yang beliau bilang ? Ibu sehat, tidak apa-apa. Syukuri kondisi yang ada. Rawat anak ibu yang 2 baik-baik. Sudah syukuri saja dengan apa yang ibu miliki sekarang. Jika memang Allah berkehendak, tidak akan kemana-mana. Ibu pasti mendapatkan anak lagi.
Alhamdulillah.... sekarang sudah tidak baper lagi apapun pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang. Karena yang menjalani hidup saya adalah saya sendiri bukan mereka. Allah sudah mengatur setiap jejak langkah kita. Apapun yang sudah digariskan olehnya itulah takdir hidup saya.
Komentar
Posting Komentar