Judul
Film : Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini
Sutradara :
Angga Dwimas Sasongko
Produser :
Anggia Kharisma
Pemeran
: Rachel Amanda
Rio Dewanto
Sheila Dara
Donny Damara
Susan Bachtiar
Produksi
: Visinema Pictures /IDN
Media/Bibli.com/XRM Media
Distributor
: Netflix
Rilis : 2 januari 2020
Durasi : 120 menit
Film
ini diangkat dari sebuah buku dengan judul yang sama karangan Marchella FP.
Film keluarga yang bergenre drama ini cukup banyak menyedot perhatian publik.
Tema keluarga memang merupakan tema yang tak pernah ada habisnya. Selalu ada
ide yang bisa diangkat dari sebuah kisah yang ada dalam keluarga. Mulai dari
pola asuh, sistem komunikasi, manajemen keuangan, pendidikan agama dalam
keluarga dan masih banyak tema menarik lainnya selalu bisa dijadikan tema yang
bisa diangkat untuk sebuah cerita. Film NKCTHI ini mengetengahkan kisah dalam
sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan tiga anaknya yaitu Narendra,
Aurora dan Awan. Ditambah beberapa pemain tambahan yang melengkapi cerita seperti
Leka yang dimainkan oleh Ardito Pramono. Leka adalah teman baik Awan.Ada juga
Lika kekasih Narendra. Dan beberapa pemain yang lain.
Dalam
film ini ada dua hal yang menarik untuk
disimak yaitu tentang pola asuh otoriter dan pembagian porsi cinta yang berbeda
untuk anak-anak. Meskipun orang tua melakukan hal-hal yang ada di cerita film tersebut
dilandasi oleh satu alasan namun tetap hal itu dirasa kurang bijak untuk
diterapkan di keluarga. Pertama adalah tentang penempatan porsi cinta dan kasih
sayang orang tua kepada anak. Keluarga adalah tempat utama setiap individu
bertumbuh dan mendapatkan siraman cinta dan kasih sayang dari orang tua. Pola
asuh yang salah serta penempatan porsi kasih sayang yang timpang dari orang tua
akan berdampak buruk pada perkembangan psikologis anak dalam keluarga. Anak
yang tumbuh dalam lingkungan yang membedakan kasih sayang menurut Yelena Gidenko seorang penasehat professional
seperti dilansir di situs Republika.co.id (https://www.republika.co.id/berita/ppmn8f459/dampak-buruk-bagi-anak-korban-pilih-kasih-orang-tua)
dia akan cenderung hancur dan terpukul, mengalami kesulitan menerima jati diri
karena merasa tidak diterima oleh orang tua, menderita depresi dan memendam
rasa marah, pahit, benci dan cemburu.
Hal
yang kedua adalah tantang pola asuh orang tua dalam keluarga. Ayah yang dominan
perannya dalam keluarga menerapkan pola asuh yang otoriter kepada anak-anaknya.
Menurut Hurlock, Hardy & Heyes (dalam jurnal ilmiah Potensa, 2018 vol
3(1),1-6) pola asuh orang tua ada tiga , yaitu : 1) Pola Asuh Otoriter, 2) Pola
Asuh Demokratis dan 3). Pola Asuh
Permisif. Ada beberapa faktor yang memengaruhi pola asuh orang tua terhadap
anak , yaitu : factor sosial ekonomi, pendidikan, nilai agama yang dianut orang
tua, kepribadian dan jumlah pemilikan anak. Pola asuh otiriter sangat terlihat
dalam film ini, sang ayah yang diperankan oleh Donny Damara menerapkan pola
asuh otoriter. Pola asuh otoriter yang cenderung keras dan tanpa kompromi ternyata
menimbulkan sebuah luka pengasuhan dan terbawa hingga dewasa dalam inner child
mereka. Pola asuh agresif verbal mendominasi dalam keluarga di film ini. Perilaku
membentak, mendikte, merendahkan dan over protektif sangat terlihat di
kepribadian kepala keluarga yang tercermin dalam pola asuh.
Film
ini memberi edukasi kepada pembaca agar orang tua membangun pola hubungan yang hangat
dan cair dalam keluarga baik diantara anak dan orang tua maupun diantara suami
dan istri itu sendiri. Kelekatan diantara anggota keluarga penting untuk selalu
terus dipelihara agar keluarga tumbuh menjadi keluarga yang kokoh dan penuh
kasih saying. Orang tua sebaiknya menggunakan berbagai pola asuh, Orang tua diharapkan
paham kapan harus masuk dengan cara tegas, kapan harus masuk dengan lebih
demokratis dan kapan harus memakai cara assertif. Pola tarik ulur seperti
layangan. Memberikan cinta dan kasih sayang dengan porsi yang sesuai. Orang tua
memahami bahasa cinta anak ataupun sebaliknya anak pun memahami bahasa cinta
orang tua. Sehingga semua anggota keluarga merasa terpenuhi bahasa cintanya.
Alur
film yang maju mundur berusaha memberikan penjelasan yang lebih komplit kepada
penonton tentang sebab musabab mengapa kejadian di masa sekarang terjadi.
Mengapa Aurora mempunyai karakter tertutup, sang sutradara mencoba memundurkan
alur ke belakang. Mengapa Ayah Narendra protektip kepada Awan, sang penulis
cerita berbalik ke belakang untuk menjelaskan detail cerita. Memang agak bolak
balik jadinya, namun penonton mendapat informasi yang lengkap.
Tokoh-tokoh
dalam cerita dapat ditampilkan secara baik oleh seluruh pemain yang ada di film
ini. Film ini secara keseluruhan bagus dan layak untuk ditonton. Namun tidak
untuk anak-anak karena alur cerita yang tidak ringan dan penuh konflik. Ditambah
lagi ada satu scene adegan antara Awan
dan Kale yang menurut saya pribadi itu melanggar etika ketimuran. Hanya itu saja selebihnya sih aman. Mungkin
dalam pandangan masyarakat kita sendiri yang cenderung makin permisif untuk melakukan
hal-hal seperti itu. Walahualam
Komentar
Posting Komentar