Setiap wanita yang sudah menikah dan berkeluarga pasti pernah melakukan pekerjaan rumah tangga. Walaupun dia sebagai wanita karir yang sebagian besar waktunya habis di kantor untuk urusan pekerjaannya namun jika sudah pulang ke rumah maka dia akan menanggalkan seluruh jabatan yang melekat di dalam dirinya. Seorang wanita akan kembali kepada fitrahnya sebagai istri dan ibu jika sedang bersama keluarga tercinta. Begitu pun dengan seorang laki-laki yang sudah menikah. Setinggi apapun jabatan di pekerjaannya ketika tiba di rumah dia adalah suami dan ayah bagi istri dan anaknya. Dalam praktek manajemen rumah tangga jika pasangan suami istri memutuskan untuk tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga maka perlu ada beberapa kesepakatan antara suami dan istri terkait pembagian tugas pekerjaan rumah. Jika anak-anak sudah besar dan tinggal di rumah dalam arti tidak bersekolah di sekolah boarding maka mereka bisa dilibatkan dalam beberapa pekerjaan rumah. Saling membantu dan bekerja sama adalah kunci utama agar seluruh pekerjaan di rumah beres dan bisa teratasi dengan baik.
Seperti
di kehidupan kami, sudah sejak lama tepatnya sejak anak-anak masuk sekolah
dasar di rumah tidak lagi menggunakan jasa asisten rumah tangga. Anak-anak
sekolah di sekolah full day setiap hari dijemput jam 6 pagi dan pulang jam 5
sore. Sementara saya sebagai istri bekerja di sebuah sekolah dengan jam kerja
jam 8 hingga jam 4 sore. Begitupun dengan suami yang bekerja mengelola sebuah lembaga
pendidikan mempunyai jam kerja yang kurang lebih sama dengan saya. Kami
memutuskan tidak menggunakan jasa ART sebab
ketika anak-anak pulang saya sudah ada
di rumah. Beberapa kesepakatan dalam pembagian tugas di rumah, kami laksanakan
dengan penuh tanggung jawab. Semua bekerja dengan porsi yang sudah ditentukan
masing-masing. Istri mempunyai tugas memasak, menyetrika, dan membereskan rumah.
Sementara suami mencuci baju dan menjemur serta menyapu dan mengepel lantai. Anak-anak
bertanggung jawab terhadap kebersihan kamarnya masing-masing. Mereka harus
membersihkan wilayah kamarnya sendiri. Dari sejak awal menikah kami berdua
tidak pernah membatasi pekerjaan berdasarkan gender. Semua yang bisa dilakukan
akan dikerjakan oleh siapapun itu baik oleh istri maupun suami. Dulu saat anak
kami masih bayi, suami tak segan mengganti popok bayi saat saya kecapean dan
tertidur pulas. Suami tidak segan memasak dan turun ke dapur saat melihat
istrinya kerepotan mengurus bayi. Suami sampai saat ini tidak pernah rewel
urusan makanan. Apapun makanan yang dimasak istrinya dia akan memakannya.
Ada
beberapa resep yang akan saya bagi agar tercipta kerja sama seperti yang sudah
kami lakukan selama hampir 20 tahun ini. Mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk
semua pembaca. Resep tersebut adalah :
1. Saling
mengerti dan memahami satu sama lain
Memahami
dan mengerti sifat dan karakter pasangan sangat penting dalam sebuah rumah
tangga. Pahami apa kesukaannya , pahami apa yang tidak disukai dari pasangan.
Saling memberi dan melengkapi. Apa yang tidak ada dalam dirinya kita lengkapi
begitupun sebaliknya. Suami istri adalah 2 orang berbeda latar belakang
keluarga, beda pola asuh dan tentu saja beda gen dan sifat sehingga ketika
menikah bagaikan menyatukan asam di gunung dan garam di laut. Sangat berbeda
antara satu dan lainnya. Jika tidak berusaha untuk mengenal dan memahami pasangan
masing-masing maka kapal yang berlayar membawa kita ke lautan lepas tidak akan
kuat dihantam gelombang dan ombak besar yang menerjang dalam lautan rumah
tangga.
2. Membuang
ego dan bertahan demi kepentingan pribadi
Pantang
hukumnya dalam sebuah rumah tangga suami istri saling bertahan dalam
pendapatnya masing-masing dan saling keras kepala. Dalam sebuah keluarga harus
saling legowo, menerima pendapat dan saran serta kritik yang datang dari
pasangan. Memahami bahwa ada saatnya pendapat istri yang lebih bisa diterima
tapi juga ada saatnya di waktu yang lain pendapat suami yang lebih bisa masuk
dalam kondisi dan situasi yang lain. Masalahnya bukan siapa yang benar dan
siapa yang salah,, namun mana yang lebih tepat untuk diterima dengan kondisi
yang terjadi pada saat tersebut. Sampaikan pendapat dengan baik dan lemah
lembut penuh kasih saying. Ciptakan suasana cair dan hangat ketika berdiskusi.
Libatkan anak-anak jika mereka bisa masuk di dalamnya.
3. Memaafkan
kesalahan pasangan dan jangan malu meminta maaf
Tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah. Manusia adalah tempatnya berbuat salah dan benar. Ketika pasangan kita melakukan kesalahan maafkanlah kesalahannya. Berbesar hati menerima permintaan maafnya. Begitupun sebaliknya jika kita yang melakukan kesalahan jangan segan dan malu untuk meminta maaf. Tidak menunda penyelesaian masalah adalah kunci agar sebuah masalah segera dapat terselesaikan dengan baik. Sampaikan apapun yang dirasa tidak berkenan dengan cara yang baik. Namun, jangan lupa setelah episode saling memaafkan lakukan evaluasi diri dan buatlah kesepakatan agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali
4 Bersabar
dengan kekurangan pasangan
Tidak
ada manusia yang sempurna. Sebaik baik manusia pasti mempunyai kekurangan. Hal
ini berlaku pula pada diri suami istri. Masing-masing harus menyadarinya.
Sehingga tidak menuntut kesempurnaan, namun yang ada adalah saling melengkapi
kekurangan masing-masing serta saling menguatkan kelebihan yang dimiliki. Bukankah
istri itu pakaian bagi suami dan suami adalah pakaian bagi istri ? Sungguh
indah perumpamaan tersebut.
5. Kompak
dan saling membantu satu sama lain
Pasangan
suami istri harus saling membantu satu sama lain dan kompak dalam mengerjalkan
tugas rumah tangga, Begitupun dalam masalah mendidik anak-anak, suami istri
harus saling mendukung satu sama lain. Mendidik dan membesarkan anak adalah
tugas utama pasangan suami istri. Pekerjaan rumah tangga mungkin bisa di pegang
oleh asisten rumah tangga namun mendidik dan membangun kedekatan dengan
anak-anak tidak bisa diwakilkan kepada seorang asisten.
Demikian
lima tips dalam manajemen rumah tangga. Semoga bisa memberi manfaat untuk semua
pembaca.
Komentar
Posting Komentar