Saat itu bulan Desember
2020, tiba-tiba saya merasakan sakit yang luar biasa di ulu hati terus menjalar
hingga ke punggung belakang. Saking sakitnya, saya tidak bisa menjelaskan
dengan kata-kata bagaimana rasanya. Semalam suntuk saya tidak bisa tidur. Berbagai
posisi saya coba semuanya tidak ada yang bisa membuat nyaman. Akhirnya hanya bisa
duduk sambil merasakan sakit yang amat sangat. Saya coba meredakannya dengan
menempelkan botol kaca yang diisi air panas lalu dibalut dengan handuk kecil.
Walau sebenarnya tidak begitu membantu meredakan rasa sakit namun saya tetap
mencobanya sambil berharap rasa sakit itu mereda. Malam itu saya benar-benar
merasakan panjangnya malam dengan setiap detik yang berlalu. Sedih sekali saat
itu, saya hanya bisa menahan sakit meringis.
Esok paginya rasa sakit
itu lumayan berkurang tapi saya belum bisa beraktivitas. Rasa sakit itu masih
timbul tenggelam. Malam harinya sakit itu kembali menyerang, sayapun menyerah
pasrah. Suami membawa saya ke rumah sakit. Di rumah sakit saya didiagnosa sakit
lambung, dokter UGD menyuntikkan obat lambung namun rasa sakit itu tidak
kunjung berkurang. Suami minta opname, namun ruangan rumah sakit penuh oleh
pasien covid. Kebetulan saat itu kasus covid sedang tinggi. Dari sana kami
berkeliling mencari rumah sakit yang kosong, namun ternyata semua rumah sakit
penuh oleh pasien covid. Akhirnya , suami membawa saya kembali pulang ke rumah.
Malam itu saya kembali tidak bisa tidur
sampai pagi menjelang.
Esoknya , kami
mendatangi dokter di dekat rumah. Beliau bertanya banyak hal, memeriksa kondisi
saya. Akhirnya dia mendiagnosa saya terkena batu empedu. Dia bilang bahwa
sesakit apapun lambung, sakitnya tidak akan menjalar hingga ke punggung.
Kemudian beliau menyarankan saya untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis
bedah. Setelah mendapat resep obat dan rujukan darinya untuk berobat ke dokter
bedah, kami pun pulang ke rumah. Akhirnya kami berkonsultasi ke dokter bedah.
Olehnya dirujuk ke bagian rontgen. Saya melakukan rontgen bagian hati , lambung
dan ginjal. Semua bagian perut di rontgen. Setelah hasilnya keluar, terlihat ada batu di dalam empedu. Dokter radiologi itu
mengatakan bahwa dalam empedu saya terdapat banyak sekali batu, namun dia tidak
bisa menyebutkan jumlah yang pasti. Saya dan suami kembali menemui dokter
bedah. Beliau menyarankan untuk segera operasi. Namun operasi hanya bisa
dilakukan saat saya tidak merasa sakit. Saat itu, dokter memberi beberapa obat dan meminta saya segera datang
kembali jika kondisi sudah tidak merasakan sakit. Beberapa hari setelahnya,
saya kembali menemui dokter bedah dan oleh dokter segera ditentukan jadwal
operasinya. Suami terlihat agak ragu dengan operasi tersebut. Saya paham
sepertinya dia khawatir dan takut terjadi apa-apa setelah operasi. Namun
kondisi yang bertolak belakang saya rasakan.
Saya begitu mantap dan bersemangat ingin melakukan operasi karena ingin
segera sembuh agar tidak merasakan sakit lagi.
Akhirnya, keesokan
harinya saya masuk UGD kemudian langsung masuk ruang rawat inap. Alhamdulillah
ada kamar yang kosong di salah satu ruangan. Hari itu juga saya diminta puasa
karena besok jam 6 pagi saya harus segera masuk ruang operasi. Keesokan
harinya, tepat jam 6 pagi sayapun dijemput perawat untuk menuju ruang operasi.
Setelah berganti baju dengan baju khusus operasi sayapun tidur di blankar yang
sudah dipersiapkan. Setelah menunggu 30 menit, saya memasuki ruang operasi. Sekitar
5 menit kemudian saya sudah tidak ingat apapun. Operasi yang saya jalani
termasuk ke dalam operasi besar sehingga dibius total. Setelah dilakukan
operasi, masih dalam kondisi tidak sadar saya dibawa ke ruang observasi.
Seluruh pasien yang sudah menjalani operasi harus masuk ke ruang observasi
terlebih dahulu untuk dipantau kondisinya. Setelah pasien sadar dan dinyatakan
aman maka pasien tersebut baru diijinkan untuk dibawa ke ruang kamar perawatan.
Begitupun dengan yang
terjadi kepada saya. Setelah siuman dan dinyatakan dalam kondisi aman saya
dibawa ke ruang kamar perawatan. Ada banyak selang menempel di badan saya saat
itu. Mulai dari keteter, selang di sebelah kanan perut saya, selang ke hidung
dan selang infuse di tangan sebelah kiri . Saya melihat ke arah perut, terlihat jelas
bekas perban yang menutupi bekas luka operasi memanjang dari atas ke bawah sepanjang kurang lebih
6 cm. Saya bersyukur operasi berjalan dengan lancar. Saat sudah di ruang
perawatan suami bercerita bahwa di empedu saya ada 35 batu sehingga membuat
kantong empedu rusak karena tergores oleh batu yang begitu banyak. Akhirnya
dokter memutuskan untuk membuangnya. Sehingga saat ini saya tidak mempunyai
kantong empedu. Dokter bilang bahwa kondisi tubuh saya begitu kuat hingga mampu menahan sampai 35 batu tapi tidak merasakan sakit. Biasanya hanya 1 atau 2 batu saja seseorang sudah merasa kesakitan.
Selama 4 hari pasca
operasi di rumah sakit saya belajar bergerak. Latihan yang dilakukan bertahap,
mulai dari miring ke kanan lalu ke kiri, kemudian latihan duduk dan terakhir
latihan jalan. Alhamdulillah semua terlewati dengan baik. Semua selang sudah
dicopot di hari ke 2. Hari ke 3 saya
sudah bisa duduk dan di hari ke 4 sudah bisa berjalan sendiri. Hari ke 5 diijinkan pulang.
Sebuah pengalaman yang luar biasa. Saya tidak ingin mengulanginya kembali. Sejak
saat itu, saya mulai lebih tertib dalam menjaga pola makan dan pola minum. Agar
tubuh lebih sehat.
huaaaa, ngeri bgt mbak. Hamdan wa syukron lillah sdh kembali sehat ya mbak.
BalasHapusKata dokter knp mbak bisa sampai ada banyak sekali itu si batu?
dari endapan sisa makanan dan minuman yang tidak terbuang melalui feses dan air seni mengendap di empedu mba
BalasHapus