Langsung ke konten utama

Pemanfaatan Limbah Dus di Rumah

 

Menggeluti bisnis di HNI (Halal Network International ) sebagai stokis menyebabkan saya sering bertransaksi. Dalam transaksi tersebut seringkali pengiriman barang dilakukan dengan menggunakan dus. Dus-dus tersebut cukup banyak jumlahnya di rumah. Tisak jarang membuat rumah saya yang tidak begitu luas menjadi lebih sempit karena banyak tumpukan dus bekas belanja barang HNI. Saya biasa menumpuknya dengan cara dibuka terlebih sahulu hingga tidak berbentuk kotak. Selanjutnya ditumpuk dan disimpan di tempat tertentu. Namun tetap saja membuat rumah jadi terlihat kurangvrapi karena banyak dus-dus yangvtertumpuk. Sayapun berdiskusi dengan suami bagaimana menangani keberadaan dus tersebut agar bermanfaat dan tidak dibuang begitu saja. Akhirnya kami bersepakat untuk memberikan dus-dus tersebut kepada pemulung atau pengepul barang yang seringkali lewat di depan rumah. Akhirnya, jika sudah banyak maka suami biasanya akan memanggil mereka untuk mengambilnya.

Namun ada dus yang tidak diberikan pada mereka. Dus yang terpilih adalah dus kopi 7 elemen. Awalnya saya kurang paham untuk apa dus tersebut disimpan. Namun belakangan saya baru mengerti ternyata dus-dus tersebut ditumpuk dan diatasnya disimpan meja kayu pendek yang ada di rumah. Sehingga dengan disangga dus-dus tersebut meja pendek itu akhirnya bisa berfungsi sebagaimana meja berkaki. Dus yang digunakan adalah dus bekas kopi 7 elemen HNI, ada 9 dus yang digunakan untuk menyangga meja tersebut.

Setelah menyangga meja, suami masih menumpuk dus-dus kopi 7 elemen. Saya tanya buat apa lagi ? Ternyata dia membuat semacam loker-loker tempat penyimpanan barang di dapur. Pertama dus nya dialas oleh kertas kado yang berwarna polos lalu ditempatkan dengan posisi tegak dan dus terbuka di salah satu sisinya. Kemudian ditumpuk menjadi 3 tumpukan dus sehingga menyerupai rak. Saya menggunakannya untuk menyimpan lemari bumbu di susunan paling atas. Di susunan kedua saya menyimpan berbagai stok bahan makanan kering seperti terigu, mie dan bahan makanan lainnya. Sementara di bagian paling bawah saya gunakan untuk menyimpan wajan yang sudah dipakai menggoreng.

Belum cukup dengan 2 kreasi tersebut suami masih mengumpulkan dus-dus kopi 7 elemen lagi. Kali ini dus-dus tersebut disusun berdempetan  tidak ditumpuk namun dibariskan.  Ada kurang lebih 20 dus yang digunakan. Ternyata dus tersebut dipakai sebagai alas kasur busa yang selama ini digelar dengan cara lesehan di lantai.

Dus-dus tersebut memang tebal sehingga cukuo kuat untuk dijadikan berbagai penyangga barang. Jadi jika ada dus-dus di rumah selain dikasihkan ke pengepul barang atau pemulung yang suka lewat di depan rumah bisa juga dimanfaatkan untuk kita gunakan lho. Jadi ternyata barang yang terlihat sudah tidak bermanfaat masih bisa kita gunakan menjadi barang yang bermanfaat.

Ada yang mau memberi ide lagi pada saya kira-kira dus-dus tersebut dimanfaatkan untuk apa lagi ya ? Yuu berbagi ide..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sayur Sop dan Informasi Seputarnya

  https://food.detik.com/sayur/d-5364660/resep-sayur-sop-yang-segar-dan-kaya-nutrisi .Siapa diantara kita yang belum pernah mencicipi sayur sop ? Sepertinya semua pernah mencobanya. Sayur sop ini sangat populer di kalangan masyarakat kita. Apalagi anak-anak, mereka rata-rata menyukai sayur sop. Sop ini berasal dari Bahasa perancis yaitu Soupe yang berarti merendam.   Zaman dulu sop ini terbuat dari roti. Roti yang direndam oleh kuah kaldu. Cara makannya adalah roti dicelupkan pada kuah kental sop. Sop adalah makanan para bangsawan pada saat itu. Seiring perkembangan zaman , saat ini sop hadir sebagai sayur berkuah dan dimakan dengan sendok. Banyak sekali jenis-jenis sop yang ada   dan biasa dikonsumsi oleh masyarakat kebanyakan. Sayur sop hadir dengan berbagai variasi menu bahan sayur dan ikan. Bahan daging dalam sayur sop bermacam-macam. Sop ayam kampung adalah salah satu sop paling enak dan saya sangat menyukainya. Dari namanya saja kita sudah pasti tahu bahawa sop ...

Mengenal Tsundoku

APA SIH TSUNDOKU ITU ? Pernahkah kita mendengar istilah Tsundoku? Istilah ini mungkin bagi sebagian orang masih terdengar asing di telinga. Tsundoku biasa juga disebut sebagai virus Tsundoku. Tsundoku adalah kata yang berasal dari bahasa Jepang. Menurut beberapa sumber yang saya baca istilah tsundoku diartikan sebagai pola kebiasaan membeli atau memiliki beberapa buku namun tidak diikuti dengan kegiatan membaca buku yang sudah dimilikinya tersebut. Bagi orang yang terpapar virus tsundoku ini mereka akan memperoleh kepuasan ketika bisa memiliki buku yang diinginkannya. Ada kesenangan tersendiri ketika melihat buku koleksi pribadinya berjejer panjang di rak buku. Mereka semata-mata hanya puas, senang dan bahagia ketika memiliki koleksi buku yang banyak. Hanya sebatas pada hal tersebut. Tsundoku berasal dari kata Tunde Oku yang artinya membiarkan sesuatu yang metumpuk dan ditulis. Seiring waktu berjalan kata Oku ditambah satu huruf menjadi doku yang artinya membaca. Istilah yang mulai...

Buku Bajakan : Beberapa Tips Mengenali dan Menghindarinya

  Buku bajakan memang tak bisa dipungkiri sangat banyak beredar di negara kita. Hal ini didukung oleh belum kuatnya penerapan regulasi aturan tentang Undang-Undang Hak Cipta di lapangan. Hal ini dibuktikan pula oleh banyaknya marketplasce yang masih bebas memperjualbelikan buku-buku bajakan di lapak jualan onlinenya. Tere Liye penulis kenamaan di Indonesia sampai menulis satu novel khusus yang berlatar belakang tema pembajakan. Novel tersebut berjudul Selamat tinggal. Novel ini pun sudah saya review di artikel sebelumnya. Sebagai seorang pustakawan, saya menerapkan kebijakan yang tidak bisa ditawar untuk koleksi perpustakaan yang dikelola. Koleksi buku perpustakaan tidak boleh buku bajakan karena perpustakaan harus menghargai hak cipta si penulis buku. Dengan membeli buku original atau asli maka royalti akan masuk ke penulis tersebut. Sebaliknya jika kita membeli buku bajakan maka royalti tidak akan masuk dan menjadi penghasilan penulis. Menulis buku dan ide menulis itu mahal. Me...