Hari
ini bertepatan dengan tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Saya
berkenalan dengan nama Pancasila sejak
dari kelas satu SD. Waktu itu ada mata
pelajaran PMP yang merupakan kepanjangan dari Pendidikan Moral Pancasila. Pelajaran
PMP ini sudah mengalami beberapa kali perubahan nama sebelumnya. Dulu pada mata
pelajaran PMP ini saya belajar dan menghapal butir-butir Pancasila. Selain itu
belajar juga tentang Undang-Undang Dasar 1945. Seluruh pasalnya harus saya hapal
di luar kepala. Waktu masuk ke jenjang SMP seluruh siswa baru mendapatkan
penataran P4 yang merupakan kepanjangan dari Pendidikan, Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila. Penataran P4 ini diberikan pada saat kegiatan OPSPEK di awal masuk
kelas 1 SMP. Begitupun ketika masuk ke jenjang SMA saya kembali mendapatkan
penataran P4 ini. Pada saat masa sekolah SMP dan SMA mata pelajaran PMP
berganti nama menjadi PPKN atau singkatan dari Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.
Saat
masih kecil dulu ketika usia saya masih di bawah lima tahun saya membayangkan
burung Garuda Pancasila itu ya persis seperti burung garuda yang ada di televisi.
Saya sering membayangkan burung garuda dengan bentuk persis seperti itu dengan kepak sayap berjumlah 17 helai sakti sekali bisa terbang
ke angkasa mengelilingi Indonesia. Setiap malam saya selalu mendengarkan lagu Garuda
Pancasila di TVRI jam 19.30 setelah usai acara Berita Nasional. Hal tersebut menambah
kekaguman saya kepada burung garuda Pancasila. Lagu Garuda Pancasila menjadi
salah satu lagu nasional pertama yang
bisa saya hapal di luar kepala karena hampir tiap malam saya mendengarkan lagu
tersebut di televisi. Sekarang saya sudah jarang sekali mendengarkan lagu
Garuda Pancasila diputar di televisi bahkan hampir tidak pernah saya dengar
lagi. Seiring dengan menjamurnya stasiun televisi swasta yang banyak bermunculan.
Pada
saat sekolah dulu setiap hari senin rutin dilaksanakan upacara bendera. Saya
selalu mendapat tugas menjadi pemegang naskah Pancasila yang akan dibacakan
oleh pembina upacara. Ibu saya kebetulan
menjadi guru di sekolah yang sama dengan saya bersekolah. Pada suatu saat ketika
upacara bendera dilaksanakan yang menjadi pembina upacara adalah ibu saya dan
yang menjadi pemegang naskah Pancasila adalah saya. Teman-teman yang berbaris
di depan saya tersenyum senyum melihat saya berada di belakang ibu. Saya yang
melihat teman saya pada tersenyum hanya bisa cemberut melihat mereka. Namun
akhirnya sayapun menutup mulut sambil menahan tawa. Sejak saat itu saya tak
pernah mau menjadi pembawa naskah Pancasila jika ibu saya menjadi pembina
upacara. Rasanya sungkan dan tidak lepas melaksanakan tugas.
wah....kak, kebayang ya gimana rasanya satu sekolah dengan ibu kita sendiri, emang gak nyaman sih kk, tapi q bangga sama kk, karena punya mama yang hebat, otomatis anaknya nti pasti gak jauh hebat dari ibunya.
BalasHapusiya ka Maya..waktu SD saya sekolah di tempat ibu saya mengajar juga.
Hapus